Ira: Gigih and bersabar

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sekitar pertengahan 2003 saya mengirimkan undangan lewat milis beasiswa untuk mengajak teman-teman yang berminat memperbaiki nilai GMAT untuk membentuk kelompok belajar bersama dengan motto "dari kita untuk kita".

Segera setelah undangan saya dimuat, terdaftar sekitar 70-an peminat. Sayangnya sekitar 30 orang diantaranya berada di luar Jakarta sehingga tidak bisa ikut bergabung. Mereka berharap agar kelompok belajarnya virtual (lewat e-mail) yang sayangnya tidak dapat saya bantu karena sistem belajar yang saya yakini efektif adalah yang tatap muka (apalagi penjelasan untuk setiap jawaban soal biasanya sangat panjang dan 'seru'). Dari sekitar 40 orang yang berada di Jakarta, hanya sekitar 15 orang yang betul-betul sempat bertemu saya dan dari 15 itu, hanya sekitar 10 orang
yang betul-betul ikut kegiatan belajar, dan dari situ, hanya sekitar 5 yang betul-betul tekun.

Hal terpenting yang saya dapatkan dari kelompok belajar ini adalah 'teman seperjuangan'. Meskipun kami bertemu hanya 2 atau 3 kali dalam sepekan, kami saling menyemangati dan mendorong agar setiap anggota juga belajar sendiri di rumah masing-masing.

Alhamdulillah, saya mencapai nilai GMAT yang baik dan sekarang saya mendapat beasiswa dari Sampoerna Foundation ke Australia. InsyaAllah akan berangkat pertengahan Januari 2005.

Meskipun agak klise, saran untuk teman-teman yang sedang berusaha mendapatkan beasiswa adalah:
1. Jangan pernah menyerah. Be persistent/istiqamah/tekun/gigih.

2. Pahami requirementnya/syarat-syaratnya dengan baik.

3. Segera bentuk diri kita untuk memenuhi requirement itu.

Misalnya, kalau requirementnya adalah "pernah menerbitkan tulisan", segera belajar untuk menerbitkan tulisan meskipun kecil-kecilan di majalah dinding kantor, di newsletter remaja masjid, di surat pembaca koran, menerjemahkan, mengedit, dan cari segala kesempatan untuk bisa menerbitkan tulisan.

Atau, kalau requirementnya adalah aktif dalam kegiatan sosial, maka segera cari segala kesempatan untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran kita untuk kegiatan-kegiatan sosial. Musibah Aceh adalah ladang pahala/amal yang besar sekaligus kesempatan untuk membentuk diri kita menjadi orang yang memenuhi persyaratan beasiswa.

Kalau kemampuan berbahasa asing selain b. inggris akan memberi nilai tambah, maka segera cari cara untuk bisa belajar bahasa asing tambahan.

4. Berdo'a. Karena kita sesungguhnya tidak pernah punya kuasa apapun selain yang diperkenankan Allah.

5. Setelah itu, bersabar. Karena sesungguhnya Tuhan selalu lebih mengetahui tentang apa yang terbaik bagi kita.

Sekitar 15 tahun yang lalu, saya pernah gagal mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar Indonesia-Amerika karena B. Inggris saya masih hancur-lebur. Awalnya saya kecewa. Tapi beberapa tahun kemudian, baru tampak oleh saya bahwa tidak berhasilnya saya mendapatkan beasiswa itu sebenarnya adalah sebuah rahmat bagi saya karena hidup saya di Indonesia selama beberapa tahun kemudian itu sungguh telah membentuk saya menjadi orang yang lebih baik dibandingkan yang saya prediksi kalau saya
mendapatkan beasiswa tersebut.

Percaya bahwa Tuhan pasti Maha Adil. Setiap usaha kita tidak akan pernah ada yang menguap sia-sia. Setiap perbuatan baik, sekecil apapun, pasti berbalas. Setiap usaha kita, pasti mendatangkan hasil yang sepadan.

-Ira-

copyright milis beasiswa