Anggiet Ariefianto: Beberapa Kiat Mencari Beasiswa

8 Juni 2007

Dear all,
Saya ingin menyambung masukan dari Togap dan Susi soal mencari beasiswa. Kebetulan saya kenal Susi karena kita berdua terpilih untuk beasiswa IATSS forum di Jepang tapi saya mengundurkan diri karena mendapat beasiswa NOHA ke Belanda dan Irlandia. Ada beberapa hal yang menurut saya harus diperhatikan dalam mencari beasiswa

1. Cari info sebanyak-banyaknya
Karena rotasi beasiswa itu hanya setahun sekali, setiap beasiswa harus dipersiapkan dengan matang. Baca detail persyaratannya apakah kita memenuhi syarat, pikirkan cocok tidak dengan latar belakang pendidikan dan bidang yang kita tuju karena banyak beasiswa spesifik, harus ambil bidang tertentu. Minta petunjuk orang yang pernah mendapat beasiswa itu. Saya banyak terbantu waktu mendaftar Ausaid, yang merupakan beasiswa internasional yang saya terima pertama kali, karena kebetulan kedua kakak saya pernah dapat, jadi banyak dapat 'bocoran' mengenai cara mengisi form, menjalin hubungan dengan uni, IELTS, pertanyaan saat wawancara dst. selidiki kebiasaan dan budaya pemberi beasiswa. Pengalaman saya sebagai mentor di milis ini, saya banyak mengoreksi letter of intent. Dalam budaya Indonesia kita terbiasa menulis surat yang muter2 kemana-mana baru terakhir bicara maunya apa, sedangkan di barat biasanya mereka mau surat yang terstruktur, singkat dan padat.

2. Lengkapi dokumen dan bermodal
Banyak beasiswa membutuhkan modal yang lumayan. NEC misalnya mengharuskan kita resmi mendapatkan acceptance letter dari uni yang dituju sebelum mendaftar. Kebanyakan meminta international TOEFL atau IELTS, banyak uni di Amerika tidak menerima IELTS dst yang total bisa menghabiskan jutaan. Prinsip saya, dokumen2 itu seperti kail, kalau mau dapat ikan besar mesti pakai kail besar yang harganya mahal, jadi ya mesti siap rugi dulu. Untuk memperkecil 'kerugian', biasanya saya mendaftar beasiswa dalam jumlah banyak. Banyak beasiswa juga parsial atau terkadang berkendala. Ketika saya ambil beasiswa NOHA, beasiswa itu baru turun pada bulan ketiga saya di Eropa, jadi 3 bulan pertama saya sukses menguras tabungan plus bayar tiket.

3. Percaya diri dan tidak frustrasi
Saya berprinsip, kalau saya tidak pernah mencoba saya tidak akan pernah tau saya bisa atau tidak, jadi setiap ada kesempatan dan peluang, saya coba, terkadang hanya untuk menguji saya bisa atau tidak. Beberapa beasiswa yang saya terima (terutama dua yang terakhir dari Ford dan EU), saya sama sekali tidak mengira saya akan dapat. Kalau gagal juga jangan frustrasi, harus coba lagi tahun berikutnya dan pelajari kegagalan tahun kemarin. Saya dulu juga pertama kali daftar Ausaid tidak berhasil. Strategi saya untuk mengurangi tingkat frustrasi ditolak beasiswa itu adalah dengan mendaftar beberapa beasiswa sekaligus, jadi kalau satu tidak dapat, masih berpegang pada yang
lain. Rasa percaya diri ini akan sangat dinilai waktu wawancara, karena biasanya wawancara itu untuk melihat kesiapan calon mahasiswa. Sejauh mana dia tau apa yang akan dia pelajari dan hadapi di negeri orang, visi dan misi dia ke depan, bagaimana dia akan mengimplementasi hasil studinya dst.

4. Aktif, kreatif dan inisiatif
Mencari beasiswa mesti banyak meluangkan waktu untuk browsing di internet, cari info dst, mencari tau prosedur, deadline dst. Persiapkan yang matang dan terjadwal, kapan mesti minta surat rekomendasi dan minta kepada siapa, kapan harus memasukkan dokumen dst. Mesti siap2 menghadapi kendala, misalnya kalau atasan tidak mengijinkan, bagaimana mengantisipasinya dst.

Anggiet Ariefianto
anggieta at gmail.com

Nur Hasanah: Tetap Semangat!

16 Agustus 2007

Assalamualaikum

Saya ingin berterimakasih kepada moderator dan milister terutama mbak Faidah Azuz yang sudah bersedia berbagi. alhamdulillah berkat milist ini,saya masuk list 36 orang yang disetujui oleh panelis untuk menerima beasiswa Ford Foundation angkatan VI.

Tetap semangat!!

Cheers,
Nur Hasanah

Bekti D. Andari: Sharing Cara Mendapatkan Beasiswa

29 Agustus 2007

Karena banyak yang bertanya pada japri , yang temanya hampir sama, maka saya jawab saja di milis. Maaf, soalnya di minggu pertama ini masih adaptasi sana sini jadi waktu agak terbatas. Semoga membantu.

1. Bagaimana mencari beasiswa
Bisa didapatkan informasinya di files di milis ini atau buku buku yang diterbitkan mas Togap and mbak Pangesti. Selain websites internet, kampus dan mulit ke mulut.

2. Proses paling berpengaruh di Chevening
Saya kira semua berpengaruh, cuma memang yang menentukan paling awal adalah formulir kita. bagaimana kita bisa meyakinkan pemberi dana, apa yang akan kita lakukan dan apa yang sudah kita punyai untuk itu dan apa yang masih kurang. Di Chevening setelah formulir selection--tes bahasa inggris dasar (bukan ielts apa toefl) -- wawancara -- ielst test -- masuk kursus bahasa 2 atau 1 bulan tergantung score ielts -- tes ielst lagi-- tes kesehatan -- dapat unconditional offer letter dari universitas -- berangkat. Semua berlaku sistem gugur, artinya jika satu tahap saja miss, misalnya ielts score tidak mencapai minimal 6.5 maka ya keberangkatan gagal meski dah dapat surat ok dari Uni.

3. Apakah menulis Essay?
Tidak. namun di formulir awal saja ada banyak kolom yang harus diisi. Bukan essay namun lebih pada visi kedepan. Cek saja formulirnya di www.chevening.or.id

4. Apakah harus sudah dapat Profesor dulu?
Pengalaman saya sih tidak, karena kebetulan saya baru ambil Master by course. Kurang tahu untku yang Ph.D atau master by research. Cuma kalau sudah ada yg interestnya sama mungkin akan lebih mudah nantinya di proses pembelajaran, bukan nyari beasiswanya.

5. Kok nggak dapat dapat?
Hem.. saya tidak bisa berkomentar:) karena banyak faktor yang tidak melulu dari kita.
Namun intinya tidak mudah menyerah dan fokus, fokus, fokus. Saya kira itu semoga membantu ..

salam#
bekti

Angki Apriliandi: Kita Bangun Indonesia Bersama

31 Agustus 2007

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan milis semua. Saat ini saya telah kuliah di Pasca sarjana ITB dengan dari dana BPPS. mungkin bagi rekan yang berprofesi pengajar atau lainnya, baik di instansi negeri maupun swasta, yang berminat meneruskan studi di Indonesia, coba melalui jalur BPPS. Informasi BPPS bisa didapatkan langsung di kampus tujuan, baik brosur maupun website nya.

ayo semangat terus untuk menambah ilmu, selanjutnya kita bangun Indonesia bersama. AFTA sebentar lagi loh.

Salam perjuangan,
Angki A. Rachmat
Politeknik Negeri Bandung
CAD Lab.
angkiapriliandi at yahoo.co.uk

Arie Ruhyanto: Jangan Putus Asa Untuk Mencoba

28 September 2007

Saya ingin mengucapkan terimakasih karena selama ini saya merasa sangat terbantu dengan info2 yang beredar di milist ini. Alhamdulillah tahun ini dari 5 aplikasi beasiswa yang saya kirimkan 3 diantaranya menerima saya. Ketiganya di Eropa. Dua diantaranya merupakan beasiswa yang diberikan oleh British Council dan OSI (Open Society Institute) melalui skema beasiswa Network Scholarship OSI/FCO dan yang ketiga beasiswa dari STUNED. Dua beasiswa pertama memberi kesempatan saya untuk sekolah ke Nottingham Uni (UK) di jurusan Politics and Social Policy dan Glasgow Uni (Scotland) untuk jurusan International Politics. Sementara yang ketiga adalah program Master of Social Policy di Maastricht Uni (Belanda).

Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya saya memilih untuk ambil yang di Glasgow. Saat ini saya sudah berada di Glasgow dan tengah bersiap untuk memulai perkuliahan awal Oktober minggu depan.

Sebenarnya saya memulai perburuan beasiswa sejak 2 tahun yang lalu (sekitar pertengahan 2005) dengan mulai dengan menjadi anggota Mailing List Beasiswa. Sejak saat itu saya rajin mengumpulkan informasi beasiswa dan mempelajari karakteristik masing2 program beasiswa sekaligus persyaratan2nya. Mulai dari major label beasiswa yaitu skema beasiswa yang sudah sangat luas diketahui seperti Chevening, STUNED, FullBright, ADS, Ford, dll hingga skema2 beasiswa yang masih jarang diketahui di Indonesia (karena memang volumenya yang sedikit dan tidak dipublikasikan secara luas), seperti Beasiswa dari Pemerintah India, Switzerland, Perancis, dan Beasiswa2 yang disediakan langsung oleh uni-uni di luar negeri.

Pada saat itu saya mengirimkan sekurangnya 5 aplikasi beasiswa ke Chevening, ADS, APS, STUNED, dan OSI/FCO. Dan hanya OSI/FCO yang memanggil saya untuk memasuki seleksi tahap berikutnya, wawancara, itu pun akhirnya gagal.

Tahun berikutnya niat saya untuk melanjutkan sekolah sudah bulat, jika tidak memperoleh beasiswa untuk sekolah di luar negeri maka saya akan cari sekolah di dalam negeri meskipun dengan biaya sendiri. Tekad ini juga yang membuat saya semakin giat memperkuat CV dan mengirimkan aplikasi setiap kali ada kesempatan beasiswa. Kebetulan seluruh persyaratan administrasi sudah saya persiapkan jauh2 hari, belajar dari pengalaman sebelumnya, termasuk cara2 mengisi formulir aplikasi dan membuat resume yang marketable :-) termasuk tentu saja membaca informasi dan sharing pengalaman yang dilansir di Milist Beasiswa. Pengalaman interview sebelumnya juga sangat membantu saya, sehingga kurang lebih saya memperoleh gambaran pertanyaan yang akan ditanyakan oleh interviewer.

Alhamdulillah hasilnya tahun ini cukup menggembirakan.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih kepada kawan2 dan pengelola Milist Beasiswa. Semoga semakin banyak diantara kawan2 yang berhasil memperoleh beasiswa dan bagi yang sudah berhasil dimudahkan dalam menempuh studi. Buat teman-teman yang masih belom berhasil jangan putus asa untuk mencoba. Terus perkaya pengalaman untuk memperkuat CV, bangun komunikasi yang baik dengan dosen atau supervisor, ikuti terus perkembangan informasi tentang beasiswa. Pendek kata persiapkan sedini mungkin, kadang2 kegagalan pelamar beasiswa bukan terletak pada kapasitas intelektualnya tetapi lebih kepada urusan administratif, kelengkapan dokumen, persyaratan dan ketepatan waktu. Agak menyebalkan memang, tapi kita tidak punya pilihan karena pemberi beasiswa umumnya menerapkan standard administrasi yang ketat.

Salam,
ar
arry_96ers at yahoo.com

Inggrid Graf: Jika Anda Memiliki Tekad, Pasti Akan Menemukan Jalan

07 Oktober 2007

Kisah ini bermula dari impian seorang puteri Indonesia yang ingin dapat melancong ke luar negeri. Berbekal gelar S1, saya bisa diterima sebagai staf pengajar di sebuah perguruan tinggi swasta. Harapan saya, dengan profesi ini, saya dapat melanjutkan kuliah di luar negeri dan tercapailah impian saya, berplesiran ke luar negeri!

Ternyata untuk mencapai impian ini tidak mudah. Saya tidak dapat mengharapkan institusi tempat saya mengajar, untuk membiayai kuliah saya ke luar negeri. Saya mencari alternatif lain, yaitu pendanaan dari luar. Saya mulai browsing mencari-cari beasiswa dan menjadi anggota milis ini. Saya seperti seorang yang maniak dengan yang namanya beasiswa!

Selama hampir lima tahun saya menjadi anggota milis beasiswa ini. Selama ini, saya hanya menjadi "sekutu pasif", membaca dan mempelajari semua informasi yang diposting di dalam milis ini.

Tahun 2006, saya mengirimkan form aplikasi beasiswa APS. Itu merupakan form aplikasi beasiswa pertama yang saya kirimkan dengan persyaratan yang lengkap. Sebelumnya, saya kirim ADS, tetapi persyaratan bahasanya tidak memenuhi. Kendala utama saya untuk mendapatkan beasiswa berasal dari bahasa. Kemampuan Bahasa Inggris saya minimal. Ini juga kesalahan saya karena kurang belajar tekun!

Saya dipanggil mengikuti seleksi beasiswa APS. Demi mempersiapkan tes tersebut, saya mengajukan cuti selama satu minggu. Hari itu adalah hari jumat, ketika saya mudik ke Malang sambil membawa beberapa buku IELTS dan keperluan lain. Saya harus belajar! Tapi, yang terjadi justru diluar kendali saya. Sabtu dini hari, adik saya membangunkan saya dan mengatakan jika Papa saya telah berpulang. Beliau memang didiagnosa menderita kanker paru-paru, walau pun tidak pernah merokok. Saya sangat terkejut, sebab pada malam kedatangan saya beliau terlihat lebih sehat. Beliau juga baru menjalani kemoterapi yang pertama. Memang itu sudah menjadi kehendak Tuhan. Akhirnya, waktu satu minggu itu menjadi waktu berkabung!

Hari jumat berikutnya, saya kembali ke Surabaya untuk mempersiapkan tes IELTS keesokan paginya. Setelah melalui tes IELTS dan interview, saya mendapatkan pemberitahuan bahwa tim JST tidak merekomendasikan saya menerima beasiswa ini. Saya merasa seperti orang yang jatuh dan tertimpa tangga pula! Nilai IELTS saya memang telah memenuhi. Saya merasa kesesuaian antara bidang ilmu yang saya pilih dengan pekerjaan dan background saya yang tidak sesuai. Itu kesalahan saya! Celakanya, saya juga memasukkan form ADS dengan isi yang sama. Bisa ditebak hasilnya, saya gagal kembali. Walau pun, segala sesuatunya telah saya persiapkan dengan matang!

Tidak kehabisan akal, sertifikat IELTS yang saya peroleh dari ADS, saya pergunakan untuk apply beasiswa VLIR dan satu universitas di Filipina (yang ini bilateral agreement antara universitas tempat saya mengajar dengan universitas di Filipina tersebut). Mulailah saya mengumpulkan informasi tentang beasiswa VLIR. Saya sempat ragu, karena nilai IELTS saya hanya 6.00 dan universitas mensyaratkan skor IELTS 6.5. Tetapi, Mas Sony (rekan milis yang pernah mendapatkan beasiswa VLIR) menyarankan saya untuk menonjolkan kemampuan kita dari segi yang lain. Mempersiapkan reseach proposal, misalnya. Saya mengikuti saran ini dan sebelumnya melakukan kontak dengan Profesor yang menjadi koordinator untuk program saya. Beliau merespon dengan sangat positif dan menyarankan saya untuk mengirimkan saja form aplikasi beasiswa saya.

Hari yang dinantikan tiba. Saya muncul sebagai waiting list student untuk beasiswa VLIR. Artinya, secara akademik saya telah diterima oleh universitas tetapi dengan pendanaan pribadi. Saya baru mendapatkan beasiswa, jika ada kandidat yang mengundurkan diri. Saya sangat kecewa, karena telah merasa berbuat yang terbaik namun tetap belum berhasil!

Pengumuman dari Filipina juga senada. Lewat e-mail, saya dinyatakan tidak berhasil mendapatkan beasiswa dan disarankan mencoba kembali tahun depan. Saya menjadi kesal. Saya pikir, semua persyaratan telah saya penuhi dan ini bilateral agreement, belum lagi prestasi akademis saya yang lumayan bagus dan berdasarkan ranking universitas di Asia mereka masih di bawah UI, sombong sekali sampai menolak. Apalagi pelayanan mereka sangat tidak profesional. Saya dan beberapa rekan sekerja sulit sekali mendapatkan informasi tentang kelanjutan beasiswa kita. Beberapa kali kita mengirimkan e-mail, tetapi tidak ada tanggapan.

Akhirnya, e-mail pemberitahuan dari mereka saya balas dengan mengatakan saya sangat berterima kasih atas pemberitahuan mereka, tetapi tahun depan tidak akan mencoba kembali karena telah diterima kuliah di Belgia!

Saya juga tidak sadar, apakah ini merupakan bentuk IMAN saya atau hanya untuk melampiaskan kekesalan saya. Selain ini, setiap teman atau saudara yang menanyakan tentang kelanjutan studi saya, selalu saya beritahukan jika saya akan kuliah di Belgia. Padahal, saya tahu jika kemungkinan itu sangat kecil sekali. Saya hanya waiting list student urutan ketiga! Saya jadi tambah pusing mencari-cari alasan, ketika bertemu kembali dengan orang-orang ini dan saya ternyata tidak berangkat! Kegilaan saya berlanjut, saya memasang landmark kota Antwerpen (kota dimana saya studi sekarang) sebagai screensaver komputer kantor!

Ditengah kejenuhan saya mengajar, saya mendapatkan sebuah e-mail kejutan dari VLIR. Saya dinyatakan mendapatkan beasiswa VLIR. Saya belum percaya. Saya mengkonfirmasinya kembali dan ternyata benar adanya. Penantian saya selama ini tidak sia-sia. Ini merupakan suatu mujizat nyata dalam hidup saya.

Perjuangan belum berakhir, ditengah-tengah waktu yang sempit untuk mempersiapkan segala sesuatunya, saya meghadapi kendala dalam memenuhi syarat-syarat pengurusan visa. Saya telah berusaha meminta bantuan teman yang tinggal di Jakarta, tetapi saya malah dipermainkan. Saya menjadi sangat khawatir, bisa berangkat atau nggak ya? Akhirnya, ada seorang yang tidak saya kenal sebelumnya bersedia membantu saya. Ini pelajaran bagi saya. Orang-orang terdekat kita bisa menjadi parasit, tetapi orang-orang yang tidak kita kenal sebelumnya dapat melakukan hal-hal yang luar biasa. Terima kasih Shanti (akhirnya aku tulis testimoni di milis ini!), Like, Bu Francisca dan Bu Mugi.

Tanpa kalian, saya tidak bisa berangkat!

Tuhan begitu baik dalam hidup saya. Dia melapangkan jalan saya di saat yang krusial. Saya bisa terbang ke Belgia tepat waktu. Saat ini, saya sedang menempuh studi Master di University of Antwerpen. Ini bukan akhir dari segalanya. Ini adalah permulaan bagi saya. Sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia, saya harus dapat memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada moderator dan rekan-rekan milis lainnya atas segala informasi yang telah diposting, yang tidak hanya memberikan tips untuk memperolah beasiswa tetapi secara tidak langsung telah memberikan motivasi bagi saya. Terima kasih untuk Mas Sony, Pei Fun dan teman-teman lain, yang telah mengamalkan ibadahnya kepada saya. Upahmu besar di surga!!!!

Semoga rekan-rekan yang masih bergumul dengan beasiswanya dapat memperoleh pelajaran dari pengalaman saya. Jangan pernah menyerah pada keadaan, sebelum mencoba memberikan yang terbaik. Jika Anda memiliki tekad, pasti akan menemukan jalan!

Best regards,
Inggrid

M Solihin Fikri: Segenap Energi Alam Semesta Akan Membantumu

21 Mei 2008

Saya skrg masih berstatus mahasiswa undergraduate di ugm. namun, saya skrg di Aussie dalam The Peace Scholarship Program. Itupun karena perjuangan yang tidak mudah.

Tiga hal yang selalu saya lakukan ketika online adalah cek email, update blog, dan searching beasiswa. Ketiga hal itu menjadi menu wajib saya sejak tahun pertama kuliah S1, ...dan ternyata baru di tahun keempat kesempatan itu datang pada saya, walaupun konsekuensinya saya harus mengundur kelulusan sampai tahun depan. Ya, itu pilihan.

Tapi apa yang saya dapat, saya kira jauh lebih besar dari apa yang saya lakukan (korbankan). Mengutip Paulo Coelho dalam Alkemis, ketika kita memiliki sebuah keyakinan dan ingin menggapainya, maka segenap energi alam semesta akan membantumu. dan itu yang saya yakini!!

Salam.

Sincerely yours,

M Solihin Fikri
The Peace Scholarship Program 2008
University of Canberra
ACT - AUSTRALIA

http://defickry.wordpress.com

Tony D. S.: Alhamdulillaah & Terimakasih for Keeping My Spirit

27 Januari 2008

Bismillaahirrohmanirrohiim
Alhamdulillaahirrobbil alamin

Terima kasih atas berbagai informasi yang dihadirkan di Milist ini yang selama ini banyak menjaga semangat ikhtiar menggapai Beasiswa Luarnegeri.

Setelah hampir 5 tahun bergabung dengan milist ini akhirnya beasiswa PhD luar negeri Alloh ridloi untuk saya. Setelah hampir 5 tahun saya banyak membaca testimoni dan tips2 temen2 pemenang beasiswa yang mampu menyalakan kembali semangat ikhtiar saya. Banyak informasi peluang2 beasiswa yang moderator/teman2 sampaikan yang bagi saya seringkali "untouchable" but at least mampu membuka wawasan saya bahwa masih buanyak rizqi beasiswa Alloh yang menanti untuk dijemput.

Alhamdulillaahirrobbi'alamiin...ternyata akhirnya Alloh berkenan menganugerahkan Beasiswa "Australian Leadership Awards" untuk PhD saya di Australia tahun 2008 ini.

Alhamdulillaahirrobbil'alamiin...saya yakinkan buat teman-teman yang masih dalam proses menjalani takdir menjemput rizqi beasiswa: "Keep Praying and Keep Trying!!! ... Huznudzonlah (berprasangka baiklah) selalu terhadap takdir Alloh, Alloh Maha Pandai dalam merancang tahapan takdir Beasiswa kita". Jika saja Alloh tidak menjaga semangat mimpi beasiswa PhD luar negeri ini, mungkin saya sudah putus asa dan beralih berorientasi bekerja mencari uang saja di Indonesia.

Hanya 2 Hal yang dibutuhkan untuk terus percaya ada peluang beasiswa bagi kita: KESEHATAN & UMUR, jika kita masih sehat dan jika Umur kita masih memenuhi syarat beasiswa maka tidak ada kata "Gagal " dalam ikhtiar kita yang ada hanyalah "Belum Saatnya".

Jalan takdir beasiswa PhD luar negeri saya ternyata tidak sederhana karena Alloh Maha Tahu saya bukanlah orang pinter seperti kebanyakan teman-teman penerima beasiswa:
- Saya hanyalah seorang sarjana Jurusan yang "kurang laku" dengan IPK 2,85 dengan TOEFL saat lulus S1 sekitar 450-an. Saya membutuhkan lebih 3x bergabung dengan Lembaga Bahasa English hanya untuk meningkatkan score TOEFL saya dari 450 menjadi 480..dari 480 menjadi 500..dari 500 menjadi 525..dari 525 menjadi 540...dan akhirnya menjadi 560.
- Saya membutuhkan waktu lebih dari 2 tahun untuk membungkus S1 saya dengan "kemasan" S2 dalam negeri yang lebih menarik dalam topik dan IPK hanya untuk bisa meningkatkan nilai jual saya.
- Dan jalan takdir yang lebih Tak Terduga adalah ternyata saya membutuhkan Takdir. Isteri saya memperoleh Beasiswa S2 ke luar negeri agar saya siap dan layak memperoleh beasiswa S3 luar negeri. Dibutuhkan 5 tahun ikhtiar mencari beasiswa S3 luar negeri bagi saya, dibutuhkan status dan takdir "Visiting Researcher" untuk mendidik saya agar layak memperoleh beasiswa S3, dibutuhkan takdir "Visiting Lecturer" untuk memaksa mental dan skill English saya agar berani berhadapan langsung dengan English environment, dan akhirnya dibutuhkan takdir "Research Assistant" di Arab Saudi agar saya bisa lebih tahu diri dan mensyukuri semua nikmat Alloh serta kesempatan memohon langsung di tempat2 yang Alloh janjikan lebih ma'bul untuk berdoa.

Sekedar memotivasi saya dan teman-teman...percayalah bisa jadi diluar sana (di Amerika, di Australia, di Jepang, di Eropa, di Arab Saudi,..) ADA jatah-jatah/takdir Beasiswa Kita yang menunggu untuk kita "jemput". Mereka hanya membutuhkan kita untuk menjemputnya, dengan terus dan terus berikhtiar fisik dan non-fisik. Ikhtiar fisik adalah memenuhi seluruh persyaratan Beasiswa (yang pasti membutuhkan banyak waktu, biaya dan kerja keras). Ikhtiar non-fisik adalah doa, sholat, shodaqoh, dan semua usaha kebaikan yang kita yakini akan semakin mempermudah mekanisme takdir fisik kita. Jika kita menyerah sekarang maka sampai matipun nanti kita tidak tahu apakah memang ada takdir beasiswa kita atau tidak...namun jika setidaknya anda telah mencoba ikhtiar maksimal..sekali lagi maksimal (5 tahun...10...atau mungkin 15 tahun..hingga umur sudah melewati syarat beasiswa) namun ternyata anda tidak memperoleh beasiswa juga, maka setidaknya kita seperti seseorang "penjemput" yang telah berikhtiar berangkat ke Terminal Bus dan mencari-cari teman kita yang bernama "Rizqi Beasiswa" disana, jika ternyata dia memang tidak ada setidaknya kita telah puas karena kita telah maksimal berusaha dan usaha kita itulah yang akan menjadi amal kita di dihadapan Alloh jika kita niati sebagai ibadah. Bukankah Alloh hanya menyuruh kita untuk BERUSAHA sedangkan hasilnya adalah 100% urusan Alloh.

Maka Luruskan Niat, Jaga Semangat, Penuhi semua mekanisme sebab akibat takdir beasiswa kita.

Sekedar berbagi pendapat saya tentang mekanisme takdir beberapa beasiswa silahkan membacanya di tonydwisusanto.wordpress.com.

Sekali lagi terima kasih kepada semua teman-teman dan moderator..insyaALLOH semua informasi yang teman2/moderator sampaikan adalah amal jariyah anda dihadapan Alloh. Mohon maaf jika ada kesalahan. InsyaAlloh saya akan tetap setia bergabung dengan mailing list beasiswa ini karena Alhamdulillaah saya masih punya mimpi untuk menggapai beasiswa Post Doctoral selesai PhD nanti :) ...amiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tony Pelita Hati
tonydwisusanto.wordpress.com

Taufiq Asyhari: Alhamdulillah dan Makasih buat Milis Beasiswa

20 Mei, 2008

Saya mengucapkan terima kasih sekali and apresiasi yang tinggi kepada member milis beasiswa, terutama untuk moderatornya. Saya join milis ini saat masih tahun pertama kuliah S1. Dari situ, banyak sekali info2 yang sangat berguna dalam aplikasi beasiswa di luar negeri. Tak jarang pula banyak kisah yang menurut saya cukup inspiring dan
motivating buat scholarship hunter. Ada pula diskusi seperti status kewarganegaraan yang tinjauannya cukup menarik dari berbagai sudut.

Sejak mengenal milis beasiswa ini saya mulai berani bermimpi untuk bersekolah sampai jenjang yang tinggi (paling tinggi klo mungkin).. Untuk mewujudkan mimpi itu tentu perlu perjuangan yang tidak gampang. Sejauh pengamatan saya, beasiswa seperti ADS, Fullbright, dsb diutamakan untuk dosen/PNS. Dalam hal tertentu, beberapa beasiswa mempersyaratkan pengalaman kerja, padahal keinginan melanjutkan kuliah lagi setelah S1 selesai.

Dari situ saya pun berpikir untuk keluar dari pakem.. Saya menantang diri saya sendiri untuk berani berkompetisi untuk beasiswa umum yang terbuka bagi orang seluruh dunia.. Untuk pengalaman kerja, saya bakal memperkaya dengan riset2 yang dilakukan saat masih kuliah S1.

Dan alhamdulillah, mimpi saya tadi perlahan-lahan mendekati kenyataan skrg. Setelah lulus 1 thn setelah kuliah, alhamdulillah saya mendapatkan offer 5 beasiswa dari 7 beasiswa yang saya daftar. EIPRS and MIRS adalah 2 beasiswa pertama yang di-offer untuk study MEngSc dan PhD di University of Melbourne. Saya pun lolos untuk beasiswa Erasmus Mundus program Master of Research on ICT (MERIT). Dua terakhir adalah beasiswa dari Cambridge, i.e. Overseas Research Studentship (ORS) dan Cambridge Overseas Trusts (i.e.Yousef Jameel Scholarship) untuk study PhD di University of Cambridge. Kemungkinan besar saya memutuskan untuk mengambil yang terakhir ini.

Perjuangan mencari beasiswa tsb memerlukan usaha keras, kesabaran, dan tawakal. Yang paling berat adalah yang 2 terakhir. Kompetisi yang intens membuat saya hanya bisa mengusahakan yang terbaik menurutkemampuan saya dan berpasrah kepada 4JJI SWT. Kalaupun memang jodoh, pasti akan dimudahkan oleh-Nya. Beberapa anggota milis beasiswa juga sempat berkorespondensi privat ttg peluang2 beasiswa di UK. Terima kasih untuk semuanya dan mudah2an 4JJI membalas kebaikan kalian semua. Lebih dari ini semua, perjuangan setelah mendapatkan beasiswa pasti lebih terjal dan berliku..

Untuk yang masih berjuang mencari beasiswa, semangat ya! Mulai dengan planning dan cari informasi.. Dalam zaman informasi seperti ini, siapa yang punya informasi lebih banyak, dia lah yang bakal punya lebih banyak keuntungan. Kenali juga potensi dan kemampuan diri dan optimalkanlah hal2 tsb dalam mencari beasiswa.

Cheers,
Taufiq
taufiq_baik at hotmail.com

Yudhi Ariadi: Kiat Mencari Beasiswa Yang Dibiayai Proyek Riset

28 April 2008
Saya member dari milis ini, dan setelah pencarian 3 thn akhirnya mendapat MSc research studentship di Engineering Lancaster University, UK.

Sebagai ucapan terimakasih atas layanan gratis dari situs ini, seharusnya saya berbagi cerita agar temen2 lain tetap bersemangat dalam mencari beasiswa.

Tetapi saya kesulitan utk menulis. Dan kebetulan saya pernah menjelaskan ke teman ttg bgmn saya melakukan korespondensi ke uni2, krn sulit menjelaskan dg kata2, saya jelaskan dg gambar. Kemudian, saya pikir, drps bingung memindahkannya dlm bentuk kata2 utk saya buat testimoni, saya rapikan lagi, lalu jadilah spt yg saya lampirkan ini. (Klik di sini untuk membaca lampiran tersebut).

Pembahasannya hanya seputar pencarian beasiswa research-based, krn saya tidak punya pengalaman dlm mengikuti proses beasiswa jalur umum. (pernah kirim sekali, dan tdk dipanggil :)

Terimakasih, sukses selalu buat milis, dan salut kpd para moderator.

salam,

yudhidayak
yudhidayak at yahoo.com
----
Yudhi Ariadi
Research Student & Staff
Lancaster Product Development Unit
Engineering Department
Lancaster University
Lancaster
LA1 4YR
UK

T +44 1524 594 298 Ext 94578
F +44 1524 592 777
http://www.lpdu.lancs.ac.uk/lpdu/staff/yudhiariadi.asp

Jerico F. Pardosi: Berjuang dan Jangan Berhenti

3 Feb 2008

Puji Tuhan, pagi ini aku buka website ADS dan ada pengumuman beasiswa ADS tahun 2008 dan Syukur buat Tuhan Yesus....

AKU DAPAT BEASISWA ADS...dengan kursus EAP 8 minggu

tak terhitung uang yang keluar untuk berjuang membeli buku ielts&toefl
tak terhitung tenaga yang keluar untuk berjerih lelah
tak terhitung doa yang selalu terucap
tak terhitung dukungan keluarga dan orang terdekat
tak terhitung ....tetapi tahukah friends di balik semua itu

aku hanya baru memulai langkahku...

aku memulai perjalanan pencarian beasiswa dengan kegagalan saat aku tidak mendapatkan UMPTN di tahun 1998 dan akhirnya dengan kondisi ekonomi keluarga aku berhasil masuk ke akademi kesehatan lingkungan program D3 dengan biaya yang sesuai kondisi keuangan.

Aku lulus tahu 2001 dan ikut tes CPNS di depkes dan kebaikan Tuhan terus berlanjut dengan diterimanya aku sebagai PNS di Badan Litbangkes sebagai staf peneliti. Di tahun 2004 aku melamar untuk training di INDIA dibawah program ITEC/Colombo Plan selama 2 bulan dan berhasil diterima. Sepulang dari sana aku membulatkan tekad untuk kuliah lagi dan di tahun 2005 aku lulus tes program sarjana ekstensi di FKM UI dan lulus tepat waktu di tahun 2007 dengan IPK yang sesuai harapanku 3,35.

Aku pernah gagal untuk beasiswa ADB, tapi gak nyerah...akhirnya aku coba ADS, ini pengalaman pertama kali melamar ADS dan Puji Tuhan AKU DITERIMA, dikarenakan

1. aku banyak baca archive mail di milis ini
2. aku banyak bertanya dengan para alumni dan teman (thanks Sri Irianti, bang IVAN....Prof. Manihar Situmorang, Lusky, Puti Sari, MScPH, Tin Afifah, SKM)
3. aku banyak tanya dengan moderator (thanks bang Dhany, Togap)
4. aku search mengenai universitas disana (Aussie)
5. aku banyak bertanya dan berkirim email dengan Prof disana
6. aku banyak berdoa dan beribadah

Ini hanya langkah awal, tapi aku gak akan pernah berhenti karena kesuksesan bukan tujuan akhir tapi proses yang dijalani dengan tekad dansemangat yang tidak mudah menyerah dan slalu bangkit saat menemui kegagalan.

Teman-teman...aku juga masih terus belajar dan belajar terus seumur hidupku.

DON'T STOP NOW...WALK AND RUN..

GOD BLESS YOU ALL

Jerico Franciscus Pardosi,SKM
jerry at litbang.depkes.go.id

Joe Asisi: Berharap Kalian Juga Bisa Nyusul

thanks temen2 atas supportnya...berharap kalian juga bisa nyusul... hehehe biar ada temen di bern... sorry lama gak ke bales..tau email kalian masuk spam nih... sebenarnya ini hanya keberuntungan sepertinya..

tahun lalu aku hanya coba2 apply di 2 beasiswa,..swiss ama jepang. itu yang by jalan normal (kirim dokumen aplikasi and ....) selebihnya aku juga coba banyak melalui online ..(PhD australi, swedia) cuman juga gagal ..

waktu gw ada summer school di ICTP ada brosur yang ditempel kalo UNIBE ada scholarship..trus aku imel aja profesornya ..trus dia merespon..hingga terjadi komunikasi intensif dan akhirnya diterbitkan letter of acceptance aku... aku bilang..LoA itu sebagai syarat aku masukin berkas aplikasi di kedutaan...

alhamdulillah aku di invite untuk interview dan beruntung banget aku lolos padahal ada catatan dari profesorku aku harus improve bahasa inggris dan jerman aku..

Joe Asisi
joe_assisi at yahoo.com

Meti K Prasetyo: Akhirnya Datang Juga!

Terima kasih pada para moderator juga anggota milis beasiswa atas informasi, sharing dan testimonialnya yang membuat saya tetap memegang mimpi.

Akhirnya!

Tercapai juga akhirnya keinginan untuk meneruskan S2 ke luar negeri. Proses yang panjang dan memberikan pembelajaran tersendiri. Pada saat 'hati' berkata, seleksi beasiswa inilah yang terakhir akan saya jalani (terkait juga dengan umur yang semakin bertambah)bila ternyata ditolak, saya akan mencari jalan pengembangan diri yang lain. Tepat saat itu ternyata Tuhan menghendaki saya untuk lulus seleksi.

10 tahun penantian yang sangat berarti. Banyak pelajaran yang saya petik selama proses penantian itu. Pembelajaran yang terbesar adalah justru belajar sabar dan introspeksi diri. Pada setiap kegagalan saya mencoba mencari titik lemah dan memperbaikinya. Juga meluruskan niat agar pencarian beasiswa ini murni untuk mencari ilmu dan pengembangan diri, bukan sekedar mencari gelar.

Berbicara tentang niat. Banyak orang mengatakan bahwa PNS memiliki kesempatan yang lebih besar untuk diterima dalam proses seleksi beasiswa, terutama beasiswa Government to Government (G2G). Terus terang, ini menjadi salah satu faktor yang membuat saya mau menjadi guru dengan status PNS. Pikiran saya, tentunya dengan status PNS akan lebih mudah untuk mendapatkan beasiswa. Ternyata, bayangan saya sama sekali berbeda dengan kenyataan. Di institusi dimana saya bekerja untuk memperoleh ijin memasukkan aplikasi saja ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Di situ saya sempat berfikir apakah kesulitan ini saya alami justru karena niat awal saya yang tidak murni untuk mengajar. Tetapi yang pasti, sharing dan penguatan yang saya dapatkan dari milis beasiswa@yahoogroups.com, beberapa teman dan terutama suami saya membantu saya untuk tetap memegang mimpi.

Meskipun gagal memperoleh beasiswa pada tahun 2005, saya tetap melakukan kontak dengan universitas di Belanda yang saya tuju dan saya meminta dukungan dari atasan langsung di kantor. Alhasil di akhir tahun 2007, justru contact person dari pihak universitas yang memberi jalan dengan menunjukkan 2 beasiswa yang mungkin bisa saya ikuti, sekaligus membantu membuatkan rekomendasi dari Fakultas.

Alhamdulillah, akhirnya tahun ajaran ini (2008-2009)saya berhasil mendapatkan beasiswa penuh dari University of Twente, UTS Scholarship Programme.

Intinya bersabar, tetap memegang mimpi dan selalu cari penguatan positif.

Meti K. Prasetyo
metiks at gmail.com

copyright milis beasiswa