Testimoni Perucha Hutagaol
Penerima Beasiswa ADB-JPS
Saya termasuk pencari beasiswa untuk sekolah S2 di luar negeri. Selama 4 tahun saya melamar tapi tidak pernah berhasil, sampai akhirnya saya menemukan milis beasiswa. Dengan milis tersebut saya jadi tahu tata cara dan trik-trik melamar beasiswa, juga lowongan-lowongan apa yang tersedia.
Pembelajaran paling besar bagi saya dalam berburu beasiswa adalah saya harus tahu keterbatasan diri sendiri. Saya bukanlah seorang yang jenius, IP S1 saya hanya 2,9. Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja saya sangat generik, yaitu marketing. Saya juga bukan dosen, pegawai pemerintah atau bekerja di NGO. Saya tinggal dan besar di Jakarta, bukan berasal dari daerah timur Indonesia. Umur saya 34, setahun lagi sebelum batas maksimal penerima beasiswa umumnya. Keuntungan saya hanyalah saya seorang wanita. Sepertinya dengan segala kegenerikan saya, sangat kecil kemungkinan saya mendapat beasiswa S2 di luar negeri - apalagi untuk mengambil MBA, jurusan yang saya inginkan namun paling generik.
Dengan belajar dari milis beasiswa, saya pun langsung merubah strategi. Saya mencari beasiswa dengan persyaratan yang saya yakini saya bisa masuk kriteria minimum, termasuk menghitung besarnya kemungkinan. Saya berhenti mencari beasiswa yang terlalu banyak pelamarnya seperti ke sekolah di negara-negara Amerika, Eropa atau Australia. Pilihan saya akhirnya jatuh kepada beasiswa dari ADB-JPS (Asian Development Bank – Japan Scholarship Program), dimana beasiswa tersebut mencakup 20 institusi akademis di Asia Pasifik (lihat di http://www.adb.org/JSP/default.asp). Cara melamarnya disesuaikan dengan persyaratan sekolah masing-masing sehingga saya bisa mengukur diri.
Saya memilih Asian Institute of Management (AIM) di Manila, Filipina, karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah bisnis terbaik di Asia, bahkan di wikipedia disebut sebagai `Harvard of the East'. Kabar baiknya lagi, kantor representatif AIM ada di Jakarta sehingga lebih memudahkan saya dalam mencari informasi dan ujian masuk. Program yang saya lamar adalah Master in Management (MM), sebuah program manajemen tingkat lanjut yang mengutamakan leadership development dengan lama
program hanya 11 bulan.
Persiapan semuanya saya siapkan dengan baik, belajar dari milis dan bertanya langsung kepada member lain. Saya juga membeli buku pelajaran GMAT dan menyediakan waktu khusus untuk belajar setiap hari sebelum ujian.
Puji Tuhan, akhirnya saya diumumkan bahwa saya penerima beasiswa ADB-JPS untuk program Master in Management di AIM. Semua biaya ditanggung, mulai dari tiket pesawat, asrama, asuransi kesehatan, sampai biaya hidup sehari-hari. Sekolah di AIM yang berkualitas tinggi benar-benar merupakan pelajaran yang sangat berharga.
Intinya: know your limit dan tentunya disertai dengan persiapan yang baik dan doa.
Perucha Hutagaol
Perucha Hutagaol: Know Your Limits
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 comments:
how wonderful is the Lord !!
andai saya juga bisa meraih cita-cita seperti anda!!
benar-benar kisah sukses yg menarik,
saya tertarik juga mencari beasiswa seperti anda, kebetulan ipk saya juga tidak tinggi, namun besar sekali keinginan saya untuk melanjutkan S2 manajemen/economics diluar negeri dengan beasiswa yg ada. Maklum dulu orang tua saya rantauan dari Tapanuli ke Jkt, tentu saya ingin lebih baik dengan merantau dari Jkt ke luar negeri.
Mohon bila anda berkenan berbagi tips dengan saya.
Terima kasih,
Aris
bisnislovers@yahoo.com
Mbak,
Boleh sharing apa tips untuk lolos beasiswa ADB-JSP ? karena saya juga pernah apply tapi gagal ... saya sudah dapat unconditional offer letter dari PT yang saya tuju di Aussie, tapi gagal di tahap seleksi beasiswanya ... terus terang saya penasaran bagaimana cara lolos seleksi beasiswa tsb karena saya sangat tertarik sekali dengan benefit yang ditawarkan beasiswa tsb.
Terima kasih
Margatan
Posting Komentar