Puji: Hadapi Resiko Apapun Pilihan Saya

Salam, saya kok kepengin share juga ya.

Begini, sebenarnya kalau kita bisa mensyukuri yang kita dapatkan, niscaya kita akan bise manghadapi resiko apapun itu. Secara pribadi saya punya cerita tentang beasiswa DIKTI yang saya dapatkan.

Saya menerima beasiswa DIKTI pada Master Program di Sydney University setelah saya daftar di Batch pertama, yang sebenarnya awalnya hanya untuk program Doktor. Saya rasa ini berkah dari perjuangan dan rasa nrimo yang mengantrakan ijin Allah utk saya mendapatkan beasiswa tersebut. bagaimana tidak? Sudah banyak scholarchips yang saya daftar, dari mulai ADS, APS, Fulbright, Chevening, tapi belum pernah daftar BPPS. Disamping itu juga waktu itu mau daftar sudah banyak yang menakut-nakuti dengan nilai beasiswa yang sedikit dan ancaman sering terlambat. Tapi saya tetap daftar. Toh kalaupun harus sedikit nombok dengan bekerja atau tabungan, dibandingkan kalau saya harus sekolah ke Sydney dg beaya sendiri tentu jauh lebih mahal.

Alhamdulliah ketrima di Batch 2. Setelah diterima banyak lagi yang menakut-nakuti kalau stipend tidak akan cukup utk hidup di Sydney jadi banyak yang menganjurkan saya untuk pindah di daerah yang lebih murah. Tapi, bagaimana lagi karena saya sudah memilih dan saya harus menghadapai apapun resiko pilihan saya. Alhamdulillah lagi.....

Ternyata lebih dari cukup. Apalagi ini uang dari rakyat yang tidak semua hidupnya lebih beruntung daripada saya. Saya harus bersyukur dengan cara hati-hati menggunakan uang tersebut n berusaha memberikan feedback atas beasiswa yang saya terima dalam bentuk blog pengalaman di Australia. Semoga bisa digunakan oleh mahasiswa saya mempelajari Bahasa Inggris yang tidak mereka temui di kamus.

Waduh! ternyata sudah panjang....

Sekian dulu. Di kesempatan lain semoga saya bisa sharing lagi.

Thanks
Puji

Fardinal: "Beasiswaku Berhasil" (beasiswa dalam tanda kutip)

Dear Milis,

Aku mau sharing cerita tentang pengalaman “beasiswa” ku. Pertama bgt aku mau bilang makasi ama Ibu Pangesti yang dulu udah mau terima telpon ku waktu aku tanya2 info ttg beasiswa dan aku sangat salut beliau mau berbagi info tanpa merasa terganggu dengan aku yang sama sekali tidak beliau kenal. Dan terimakasih banget buat Togap Siagiaan, bukunya tentang beasiswa bagus bgt. Aku belum pernah ketemu Togap langsung tapi Togap kakak kelas suamiku waktu kuliah dan dulu satu tempat kerja dengan suamiku di Papua. Bicara dengan Togap lewat email dan chat sangat membantuku buat hunting beasiswa. Yang memang pada akhirnya semua jurus2 Togap bisa membuatku masuk shortlist BEASISWA. Selain itu aku juga sangat berterimakasi kepada banyak pihak yang waktu aku lagi hunting beasiswa sangat2 banyak membantu, mulai dari pak Dekan, sahabat dan orang-orang baru yang kukenal lewat milis, lewat teman dll.

Tapi aku mengundurkan diri.

Nah ini poin penting cerita tentang “beasiswaku”.

Dari sebelum nikah dengan suamiku aku udah getol apply2 beasiswa tapi BANYAK GAGAL. Dan setelah nikah dengan suamiku aku masih rajin apply dan saat aku hamil masih juga rajin apply. Baru ada yang kepanggil buat shortlist beasiswa setelah aku melahirkan.

Sayang, kerja keras ku tidak bisa aku nikmati karena aku mengundurkan diri dari semua shortlist beasiswa dan juga berhenti kerja, bukan karena suamiku melarang tapi karena waktu itu putri kecil kami sering sakit karena sering aku tinggal dan tidak mau diasuh oleh orang lain, PUTRI KECIL KAMI MAU MAMA NYA SENDIRI YANG MENJAGANYA.

Memang keputusan yang sangat berat, karena waktu itu suamiku bilang, semua keputusan mundur harus datang dari dalam hatiku sendiri agar suatu hari aku tidak menyesali suamiku. Karena suamiku tau banget aku sangat menggebu-gebu dengan beasiswa keluar negri.

Milis…….
Benar kata buku TOGAP, untuk lulus beasiswa banyak caranya.

Setelah aku mundur dari semua aktivitasku, suamiku bilang, lewat tangan nya atas ridho Allah, izinkan dia membuat ku meliat dunia. Aku benar2 wanita yang sangat beruntung. Punya suami yang sangat menghormatiku dan membuatku jadi orang paling penting dalam hidupnya. Suamiku bekerja keras untuk banyak hal, lewat tangannya aku liat negara-negara asing.

Dan suamiku selalu menyemangatiku akan ada waktunya bagiku untuk mulai sekolah lagi, kerja lagi dan sibuk seperti dulu dengan bidadari kecil kami tetap jadi prioritas utama.

Dan lewat tangannya pula, mohon doanya akhir Januari 2009 kami akan pindah ke Australia karena suamiku bekerja disana ( semoga krisis global cepat membaik). Alhamdulilah, Allah Maha Besar.

Buat teman2 yang masih “HUNTING” beasiswa jangan menyerah ya. Banyak banget orang2 diluar sana yang tanpa kita sangka siap membantu kita mencapai mimpi. Kalo gagal, coba lagi dan coba lagi.

Memang saat gagal rasanya sakit banget tapi benar juga BANYAK JALAN MENUJU ROMA.

Mudah2an bagi teman2 yang sekarang masih belum berhasil dan saat berhasil bisa menjadi pioneer dan dewa penolong bagi banyak anak2 Indonesia yang tidak bisa sekolah karena faktor ekonomi.

Terimakasih.

Selamat tahun baru 2009 ya, moga masa depan kita semua jadi lebih baik.

Nb.Yang terhormat Ibu Pangesti semoga Allah mengizinkan suatu hari saya bisa bertemu ibu face to face. Banyak hal yang ingin saya tanya dan belajar dari pengalaman2 ibu, kalo ibu izinkan.

Fardinal Frihandani

copyright milis beasiswa